Pages

Annyeong Haseyo ^ ^

Sabtu, 31 Maret 2012

Apa itu Insomnia?

Insomnia adalah gejala kelainan dalam tidur berupa kesulitan berulang untuk tidur atau mempertahankan tidur walaupun ada kesempatan untuk itu. Gejala tersebut biasanya diikuti gangguan fungsional saat bangun.
Insomnia sering disebabkan oleh adanya suatu penyakit atau akibat adanya permasalahan psikologis. Dalam hal ini, bantuan medis atau psikologis akan diperlukan. Salah satu terapi psikologis yang efektif menangani insomnia adalah terapi kognitif.[3] Dalam terapi tersebut, seorang pasien diajari untuk memperbaiki kebiasaan tidur dan menghilangkan asumsi yang kontra-produktif mengenai tidur.

Banyak penderita insomnia tergantung pada obat tidur dan zat penenang lainnya untuk bisa beristirahat. Semua obat sedatif memiliki potensi untuk menyebabkan ketergantungan psikologis berupa anggapan bahwa mereka tidak dapat tidur tanpa obat tersebut.

Diagnosa
Spesialis tidur kedokteran memenuhi syarat untuk mendiagnosis berbagai gangguan tidur. Pasien dengan berbagai penyakit termasuk sindrom fase tidur tertunda sering salah didiagnosis sebagai Insomnia.

Untuk mendiagnosis insomnia, dilakukan penilaian terhadap:
• Pola tidur penderita sakit jiwa
• Pemakaian obat-obatan, alkohol, atau obat terlarang.
• Tingkatan stres psikis.
• Riwayat medis.
• Aktivitas fisik.
Diagnosis berdasarkan kepada kebutuhan tidur secara individual.

Penyebab
Insomnia bukan suatu penyakit, tetapi merupakan suatu gejala yang memiliki berbagai penyebab, seperti kelainan emosional,kelainan fisik dan pemakaian obat-obatan.
Sulit tidur sering terjadi, baik pada usia muda maupun usia lanjut; dan seringkali timbul bersamaan dengan gangguan emosional, seperti kecemasan, kegelisahan, depresi atau ketakutan.
Kadang seseorang sulit tidur hanya karena badan dan otaknya tidak lelah.
Dengan bertambahnya usia, waktu tidur cenderung berkurang. Stadium tidur juga berubah, dimana stadium 4 menjadi lebih pendek dan pada akhirnya menghilang, dan pada semua stadium lebih banyak terjaga. Perubahan ini, walaupun normal, sering membuat orang tua berfikir bahwa mereka tidak cukup tidur.
Pola terbangun pada dini hari lebih sering ditemukan pada usia lanjut. Beberapa orang tertidur secara normal tetapi terbangun beberapa jam kemudian dan sulit untuk tertidur kembali.
Kadang mereka tidur dalam keadaan gelisah dan merasa belum puas tidur. Terbangun pada dini hari, pada usia berapapun, merupakan pertanda dari depresi.
Orang yang pola tidurnya terganggu dapat mengalami irama tidur yang terbalik, mereka tertidur bukan pada waktunya tidur dan bangun pada saatnya tidur.

Hal ini sering terjadi sebagai akibat dari:
• Jet lag (terutama jika bepergian dari timur ke barat).
• Bekerja pada malam hari.
• Sering berubah-ubah jam kerja.
• Penggunaan alkohol yang berlebihan.
• Efek samping obat (kadang-kadang).
• Kerusakan pada otak (karena ensefalitis, stroke, penyakit Alzheimer).

Gejala
Penderita mengalami kesulitan untuk tidur atau sering terjaga di malam hari dan sepanjang hari merasakan kelelahan.
Pengobatan
Pengobatan insomnia tergantung kepada penyebab dan beratnya insomnia.
Orang tua yang mengalami perubahan tidur karena bertambahnya usia, biasanya tidak memerlukan pengobatan, karena perubahan tersebut adalah normal.
Penderita insomnia hendaknya tetap tenang dan santai beberapa jam sebelum waktu tidur tiba dan menciptakan suasana yang nyaman di kamar tidur; cahaya yang redup dan tidak berisik.
Jika penyebabnya adalah stres emosional, diberikan obat untuk mengurangi stres. Jika penyebabnya adalah depresi, diberikan obat anti-depresi.
Jika gangguan tidur berhubungan dengan aktivitas normal penderita dan penderita merasa sehat, bisa diberikan obat tidur untuk sementara waktu. Alternatif lain untuk mengatasi insomnia tanpa obat-obatan adalah dengan terapi hipnosis atau hipnoterapi.
Durasi tidur dan kematian
Sebuah survei dari 1,1 juta penduduk di Amerika yang dilakukan oleh American Cancer Society menemukan bahwa mereka yang dilaporkan tidur sekitar 7 jam setiap malam memiliki tingkat kematian terendah, sedangkan orang-orang yang tidur kurang dari 6 jam atau lebih dari 8 jam lebih tinggi tingkat kematiannya. Tidur selama 8,5 jam atau lebih setiap malam dapat meningkatkan angka kematian sebesar 15%. Insomnia kronis - tidur kurang dari 3,5 jam (wanita) dan 4,5 jam (laki-laki) juga dapat menyebabkan kenaikan sebesar 15% tingkat kematian. Setelah mengontrol durasi tidur dan insomnia, penggunaan pil tidur juga berkaitan dengan peningkatan angka kematian.

Cara Mengatasi Insomnia

• Rajin berolahraga. Dengan melakukan aktivitas olahraga secara rutin, dapat membakar kalori dan membuat tubuh menjadi bugar. Efeknya pada saat malam hari tubuh akan memberikan sinyal untuk istirahat yaitu rasa kantuk. Dengan begitu kita akan tidur nyenyak. Olahraga yang dianjurkan adalah yoga dan tai chi.
• Hindari tidur siang. Jika Anda mengalami gangguan susah tidur, sebaiknya hindari tidur siang. Karena akan membuat Anda susah tidur pada malam hari.
• Matikan lampu kamar. Lampu yang terang akan membuat Anda susah tidur, karena retina pada mata memiliki sel yang sangat peka terhadap cahaya.
• Jangan merokok. Merokok dapat menyebabkan penyumbatan aliran pernafasan pada saat tidur sehingga tidur akan akan terganggu. Ciri-cirinya adaah mendengkur teralu keras dan bangun tidur dengan terengah-engah. Sebaiknya hindari merokok.
• Gunakan bantal yang tepat. Tidur yang berkualitas adalah tidur dengan nyaman. Untuk bisa tidur dengan nyaman tentunya harus menggunakan alas tidur atau bantal yang tepat. Dengan begitu Anda akan terbebas dari sakit leher atau pegal saat bangun tidur.

Cobalah praktekkan cara mengatasi insomnia diatas secara rutin bagi Anda yang mengalami gangguan tidur atau susah tidur. Dengan tidur yang nyenyak akan meningkatkan kualitas hidup Anda. Aktivitas kerja menjadi lebih produktif, tidak loyo dan tentunya lebih bersemangat. Selamat mencoba!

0 komentar:

Posting Komentar